Saturday, 3 September 2016

PENGERTIAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF


PENGERTIAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF


Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut juga metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Dan metode ini disebut metode kuantitatif  karena data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.[1]
            Penelitian kuantitatif dipengaruhi oleh faham filsafat empirisme dan behaviorismeyang dipelopori oleh Thomas Hobbes, John Locke dan David Hume. Semua pengalaman adalah akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan. Pengalaman datangnya dari sensori indera kita. Pengalaman inderawi adalah sumber utama pengetahuan dan perubahan perilaku secara umum. Menurut pahamini,” sumber pengetahuan adalah empiris. Pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat indera”. Alam kejadian memang tersusun rapi dalam pola, sehingga aturan, hukum dan prinsip umum dapat dihasilkan oleh penelitian. Sedangkan menurut paham behaviorisme,” manusia adalah organisasi pasif yang di kuasai oleh stimulus-stimulus yang ada dalam llingkungan”. Akal hanyalah tempat penampungan pasif yang menerima hasil-hasil penginderaan. “Semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai pada pengalaman indera yang pertama, seperti atom-atom yang menyusun objek material. Apa yang tidak dapat dilacak kembali bukanlah pengetahuan.
            Metode penelitian ini di pengaruhi oleh model penelitian alam. Gejala alam bersifat obyektif, teratur dan dapat diramalkan. Perilaku obyek sangat di pengaruhi oleh hukum sebab-akibat atau stimulus-respon. Setiap perubahan objek selalu disebabkan oleh suatu  stimulus yang diterimanya. Penelitian kuantitatif memandang bahwa gejala sosial berupa perilaku manusia, sebagaimana juga dalam penelitian alam, bersifat objektif, terukur dan dapat diramalkan karena gejala sosial juga terikat hukum alam dimana respon perilaku objek merupakan pengaruh dari stimulus yang datang kepadanya.
            Metodologi penelitian ini mengambil nama penelitian kuantitatif karena kualitas diskor ke dalam angka kuantitatif dalam pengumpulan dan analisis datanya. Prosedur ini ditempuh untuk menghilangkan subjektifitas dalam penelitian. Bilangan merupakan artifisisal yang objektif dan tanpa emosi sehingga dipandang tepat untuk mewakili komunikasi penelitian yang menjunjung objektifitas dan netralitas. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa penelitian kuantitatif juga dikenal sebagai penelitian positivistik karena dipengaruhi oleh paham filsafat positivisme yang menganjurkan bahwa pengetahuan haruslah positif. Ilmu yang positif adalah ilmu yang objektif serta bebas dari nilai, prasangka, dan subjektivitas. “Dalam pandangan ini  ilmu haruslah positif, memusatkan perhatian pada gejala yang nyata dan konkret tanpa halangan dan pertimbangan lainnnya. Oleh karena ilmu dituntut positif , maka kebenaran harus dapan diindera dan diverifikasi. Kebenaran yang dapat diindera merupakan kebenaran yang tampak dalam perilaku dan terdefinisi dengan baik. Dengan kata lain, kebenaran penelitian kuantitatif  merupakan realitas yang tampak sebagaimana didefinisikan oleh peneliti.
            Penelitian kuantitatif menuntut kebenaran bersifat positif dan dapat diverifikasi dan karenanya harus dapat diindera. Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran yang dapat diverifikasi itu terelihat dalam indikator  perilakunya. Penelitian kuantitatif meyakini sesuatu yang tampak sebagai perilaku merupakan kebenaran. Penelitian kuantitatif yang hanya menerima kebenaran dari realitas yang nampak memungkinkan dipenuhinya standar ilmiah seperti, objektif, positif, selalu terbuka untuk diuji dan bebas nilai dari prasangka subjektivitas. 


[1] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, (Bandung, Alfabeta, 2009),  hlm:7

No comments:

Post a Comment