PENGERTIAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai
metode untuk penelitian. Metode ini disebut juga metode positivistik karena
berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga
disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai iptek baru. Dan metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitiannya
berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.[1]
Penelitian kuantitatif dipengaruhi
oleh faham filsafat empirisme dan behaviorismeyang dipelopori oleh Thomas
Hobbes, John Locke dan David Hume. Semua pengalaman adalah akibat dari
interaksi seseorang dengan lingkungan. Pengalaman datangnya dari sensori indera
kita. Pengalaman inderawi adalah sumber utama pengetahuan dan perubahan
perilaku secara umum. Menurut pahamini,” sumber pengetahuan adalah empiris.
Pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat indera”.
Alam kejadian memang tersusun rapi dalam pola, sehingga aturan, hukum dan
prinsip umum dapat dihasilkan oleh penelitian. Sedangkan menurut paham
behaviorisme,” manusia adalah organisasi pasif yang di kuasai oleh
stimulus-stimulus yang ada dalam llingkungan”. Akal hanyalah tempat penampungan
pasif yang menerima hasil-hasil penginderaan. “Semua pengetahuan betapapun
rumitnya dapat dilacak kembali sampai pada pengalaman indera yang pertama,
seperti atom-atom yang menyusun objek material. Apa yang tidak dapat dilacak
kembali bukanlah pengetahuan.
Metode penelitian ini di pengaruhi
oleh model penelitian alam. Gejala alam bersifat obyektif, teratur dan dapat
diramalkan. Perilaku obyek sangat di pengaruhi oleh hukum sebab-akibat atau
stimulus-respon. Setiap perubahan objek selalu disebabkan oleh suatu stimulus yang diterimanya. Penelitian
kuantitatif memandang bahwa gejala sosial berupa perilaku manusia, sebagaimana
juga dalam penelitian alam, bersifat objektif, terukur dan dapat diramalkan
karena gejala sosial juga terikat hukum alam dimana respon perilaku objek
merupakan pengaruh dari stimulus yang datang kepadanya.
Metodologi penelitian ini mengambil
nama penelitian kuantitatif karena kualitas diskor ke dalam angka kuantitatif
dalam pengumpulan dan analisis datanya. Prosedur ini ditempuh untuk
menghilangkan subjektifitas dalam penelitian. Bilangan merupakan artifisisal
yang objektif dan tanpa emosi sehingga dipandang tepat untuk mewakili
komunikasi penelitian yang menjunjung objektifitas dan netralitas. Seperti yang
sudah disebutkan di atas bahwa penelitian kuantitatif juga dikenal sebagai
penelitian positivistik karena dipengaruhi oleh paham filsafat positivisme yang
menganjurkan bahwa pengetahuan haruslah positif. Ilmu yang positif adalah ilmu
yang objektif serta bebas dari nilai, prasangka, dan subjektivitas. “Dalam
pandangan ini ilmu haruslah positif,
memusatkan perhatian pada gejala yang nyata dan konkret tanpa halangan dan
pertimbangan lainnnya. Oleh karena ilmu dituntut positif , maka kebenaran harus
dapan diindera dan diverifikasi. Kebenaran yang dapat diindera merupakan
kebenaran yang tampak dalam perilaku dan terdefinisi dengan baik. Dengan kata
lain, kebenaran penelitian kuantitatif
merupakan realitas yang tampak sebagaimana didefinisikan oleh peneliti.
Penelitian kuantitatif menuntut
kebenaran bersifat positif dan dapat diverifikasi dan karenanya harus dapat
diindera. Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran yang dapat diverifikasi itu
terelihat dalam indikator perilakunya. Penelitian
kuantitatif meyakini sesuatu yang tampak sebagai perilaku merupakan kebenaran.
Penelitian kuantitatif yang hanya menerima kebenaran dari realitas yang nampak
memungkinkan dipenuhinya standar ilmiah seperti, objektif, positif, selalu
terbuka untuk diuji dan bebas nilai dari prasangka subjektivitas.
No comments:
Post a Comment