Sunday, 18 September 2016

PSIKOLOGI AGAMA (Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Remaja)



Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Remaja


1.      Perkembangan rasa agama
      Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki masa progresif. Dalam pembagian yang agak terurai  masa remaja mencakup masa : juvenilitas (adolescantium), pubertas dan nubilitas.
      Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada masa remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor  perkembangan tersebut.
      Perkembangan agama pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W.starbuck adalah :
a.       Pertumbuhan pikiran dan mental.
            Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dan masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.[1]
Hasil penelitian Allport, gillesphy dan yong menunjukan:
1.      85% remaja katolik romawitetap taat menganut ajaran agamanya.
2.      40% remaja protestan tetap taat  terhadap ajaran agamanya.
Sebaliknya agama yang ajarannya kurang konservatif-dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pikiran dan mental remaja mampengaruhi  sikap keagamaan mereka.

b.      Perkembangan perasaan
                                                     Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,Etis, dan etesis mendorong remaja untuk menghayati prikehidup yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok kearah tindakan seksual yang negatif.
                        Dalam penyelidikan tahun 1950-an, Dr. Kinsey mengungkapkan bahwa 90% pemuda Amerika telah mengenal masturbasi, homo seks dan onani.[2]

c.       Pertimbangan Sosial
                                                     Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung dalam menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis. Hasil penyelidikan Ernest Herms terhadap 1789 remaja Amerika antara usia 18-29 tahun yang menunjukan bahwa 70% pemikiran remaja  ditunjukan bagi kepentingan keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri dan masalah kesenangan pribadi lainnya. Sedangkan masalah akhirat dan keagamaan lainnya hanya ssekitar 3,6%,masalah sosial 5,8%.
d.      Perkembangan moral
                        Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tiipe moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencakupi:
1. self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi.
2. adaptive, mengikuti situasi sosial tanpa mengadakan kritik.
3. submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
4. Unadjusted, belum meyakinkan akan kebenaran ajaran agama dan moral.
5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.[3]

e.       Sikap dan Minat
                        Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).
                        Howard Bell dan Ross berdasarkan penelitiannya terhadap 13.000 remaja di Maryland terungkap hasil sebagai berikut:
1.    Remaja yang taat (ke gereja secara teratur).....45%
2.    Remaja yang sekali dan tidak sama sekali....35%.
3.    Minat terhadap ekonomi, keuangan, materil, dan sukses pribadi....................75%
4.    Minat terhadap masalah ideal, keagamaan dan sosial 21%.

f.       Ibadah
1.   pandangan para remaja terhadap ajaran agama: ibadah dan masalah doa sebagaimana yang dikumpulkan oleh Ross dan Oskar Kupky menunjukan:
                                                          i.          148 siswi dinyatakan bahwa 20 orang diantara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman keagamaan sedandkan sisanya (128) mempunyai pengalaman keagamaan yang 68 diantaranya secara alami (tidak melalui pengajaran resmi).
                                                        ii.          31 orang diantara yang mendapat pengalaman keagamaan melalui proses alami itu mengungkapkan adanya perhatian mereka terhadap keajaiban yang menakjubkan dibalik keindahan alam yang mereka nikmati.[4]

2.   Selanjutnya mengenai pandangan mereka tentang ibadah diungkapkan sebagai berikut:
i.           42% tak pernah menjalankan ibadah sama sekali.
ii.         33% mengatakan mereka sembahyang karena mereka yakin tuhan mendengar dan akan mengabulkan doa mereka.
iii.       27% beranggapan bahwa sembahyang dapat menolong mereka   meredakan kesusahan yang mereka derita.
iv.       18% mengatakan bahwa sembahyang menyebabkan mereka menjadi senang sudah menunaikannya.
v.         11% mengatakan bahwa sembahyang mengingatkan tanggung jawab dan tuntutan sebagai anggota masyarakat.
vi.       4% mengatakan bahwa sembahyang merupakan kebiasaan yang mengandung arti yang penting.
                        Jadi hanya 17% mengatakan bahwa sembahyang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan tuhan , sedangkan 26% antaranya menganggap sembahyang  hanyalah media untuk bermeditasi.


                [1] Jalaludin, Psikologi agama, RajaGrafindo, Jakarta, 2002 hal: 74
                [2] Ibid, hal: 75
                [3] Ibid,hal: 76
                [4] Ibid, hal: 77

No comments:

Post a Comment